Medan Magnit
1.Pemahaman tentang Medan Magnit
Medan magnit yang dimaksud di sini adalah jangkauan ketertarikan kepada seseorang karena sesuatu 'kekuatan lahir atau bathin' yang dimiliki oleh orang tersebut. Setiap muslim memiliki kekuatan magnit (daya tarik), tanpa terkecuali apakah ia masih anak-anak, remaja, dewasa atau orang tua. Besar kecil daya tarik itubersifat relative, tergantung pada kondisi masing-masing. Kekuatan magnit (daya tarik) secara garis besar dapat di golongankan menjadi dua bentuk, yaitu: Magnit Lahir dan Magnit Bathin.
a. Magnit Lahir
Magnit lahir adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang berupa harta, pangkat, keturunan dan kecantikan yang dapat membuat daya tarik terhadap seseorang. Sebagai contoh, banyak orang tunduk dan patuh kepada orang kaya karena hartanya. Orang tidak berani dan enggan ber-amar ma'ruf nahi munkar kepada atasannya karena khawatir jabatannya dipecat. Bersimpuh di depan isteri karena kecantikannya, dan sebagainya.
Contoh tadi menggambarkan betapa medan magnit lahir yang dimiliki oleh manusia dapat berpengaruh dan menundukkan seseorang. Orang yang terpengaruh dengan magnit lahir itu pertanda memiliki jiwa yang sempit. Bagi kaum beriman ini merupakan rintangan dalam proses medekatkan diri kepada Allah, karena menganggap Allah telah dinomor duakan.
Bagi orang yang berjiwa ketuhanan, magnit lahir tidak memiliki ketertarikan apa-apa dan dianggap semu semata. Kaya miskin, berpangkat atau tidak, dari keturunan mana dia berasal selama tidak memiliki magnit lahir adalah sama. Tidak ada yang istimewa. Namun khusus yang berjiwa sempit kadang-kadang terbuai dengan hal yang seperti itu. Bahkan dalam majelis dzikir atau pengajian pun sering terjadi, orangkaya dan berpangkat dinomor satukan, ditempatkan dimuka meskipun datang terlambat, sehingga dapat membuat suasana meribah niat seseorang. Andaikan yang memimin dzikir atau pengajian serta yang ikut hadir itu terbuai dan terpengaruh, ini menandakan bahwa majelis itu telah terperangkap pada jangkauan medan magnit lahir, dan ini berarti majelis dianggap 'tidak bermakna'. Meskipun berwujud, tetapi hakekatnya 'tiada'.
Untuk menyelamatkan dari jangkauan medan magnit lahir yang seperti tadi, maka seharusnya yang memimpin dzikir atau pengajian memandang dan sikap sama rata, sama rasa, dan sama-sama hamba Allah.
b. Magnit Bathin
Magnit bathin adalah potensi atau kekuatan bathin yang dimiliki oleh seseorang dan dengan kekuatan itu ia dapat mempengaruhi dan menimbulkan daya tarik bagi orang lain. Seorang tokoh sufi, waliyullah atau ulama memiliki magnit bathin. Dengan kekuatan itu, ia dengan mudah disegani dan dicintai umat. Ketertarikan umat kepadanya bukan karena harta, penagkat dan kedudukan, tetapi karena charisma yang muncul dari luar penamiplan lahiriyahnya. Berkat bathin (akal, hati dan jiwanya) yang bersih karena dekatnya pada Allah, maka Allah memberikan kekuatan khusus kepadanya. Maka tidka heran setiap ucapan, perbuatan oleh seseorang yang memiliki magnit bathin lebih gampang diteladani umat dan istiqamah selamanya.
Perlu diketahui bahwa ketertarikan umat atau pengikut terhadap orang yang memiliki magnit bathin lebih ditentukan oleh faktor 'rasa' dibanding rasio, sehingga tidak heran ucapannya dapat menyentuh lubuk hati seseorang, lebih gampang untuk mengajak orang ke jalan yang benar. Dan andaikan orang yang mendengar ajakannya tadi bertaubat, maka dia bertobat yang sesungguhnya. Kemudian ciri orang yang memiliki magnit bathin tidak gampang diajak kompromi masalah kesenangan dunia, karena dia sangat takut pada Allah. takut kalau harta, kedudukan, pangkat menggelincirannya ke jurang kesesatan. Andaipun dia terlibat itu hanya sebatas sebagai penasehat, tidak ikut menikmati apalagi ingin puji dan menguasai. Orang yang mencapai derajat ini sangat amat langka, dan hanya orang-orang khusus yang dipertumukan Allah kepadanya magnit seperti ini.
Lebih jauh perlu diketahui, bahwa magnit bathin juga dapat dimiliki oleh para dukun atau para normal (peramal). Hanya jangkauan magnitnya terbatas dan bersifat relatif, karena sumber tahuhidnya berbeda. Orang Islam sumber magnitnya berasal dan anugerah langsung dari Allah lantaran jiwanya bersih dan dekatnya dengan Allah. tanpa bermodal tauhid dan taqwa tidak akan pernam memiliki kekuatan magnit bathin. Sementara para dukun atau peramal, meskipun kekuatan ketertarikannya bersumber pada mantera yang dibantu oleh sesuatu di luar dirinya (jin atau syetan). Ciri kecenderungan ketertarikan seseorang pada magnit bathin yang dimiliki dukun atau peramal akibat lemahnya tauhid dan karena adanya unsur-nsur kepentingan keduaniaan.