Petualangan Istiqomah
- Detail
- Ditulis oleh Pujangga Tanpa Sangka
( Himbauan Untuk Para Salik )
Wahai Saudaraku, betapa banyak telah berlalu waktu dalam keilmuan dengan segala macam ragamnya. Kini cobalah untuk membagi waktu - ke waktu ilmu - ke - ilmu, hingga nyata yang subhat atau samar, gelap dan terang. Wahai Saudaraku, buanglah jauh prasangka dari ilmu - ke - ilmu baik ilmu agama, dunia dan akhirat.Ilmu awal pada pasal-pasal pada ilmu sendiri, ilmu yang pernah dilakukan pada lisan, nafas, hati.
Pada pasalgerakan berdiri, duduk, berbaring berkata yang empunya ilmu, pada awal dan akhirnya istiqomahlah pada ilmu yang engkau lakukan, niscaya dibukakan. Dari semua pintu ilmu telah kau masuki, namun sadarilah kata yang punya firman. ”Walaupun lautan jadi tinta tetap tidak akan bisa engkau salami”. Sadarlah…….!
Kesadaran bukanlah pada pintu atau pada gerbang dan juga pada dalamnya. Pastinya engkau pastikan dirimu pada yang engkau tuju dengan ilmu. Tiadalah tujuan awal dan akhir dari ilmu kecuali Sang Pencipta, yang menciptakan ilmu, dirimu dan segalanya. Mula-mula pilihlah dari ilmu yang telah engkau lakukan untuk bekal menuju kepada-Nya. Dan lakukanlah, penuhi dengan kerendahan dan kehinaan. Wahai Saudaraku, jangan terlalu banyak dan juga jangan terlalu sedikit, tapi ditengah-tengahnya. Istiqomahlah…..!
Adapun tiupan-tiupan pada ilmu yang engkau telah istiqomahkan terletak pada yang selain engkau tuju. Telah dikatakan pula istiqomah pada tujuan lebih utama dari seribu karomah. Jangan engkau lenakan lisan dari tilawatil Qur'an baik secara jahr dan sirr serta dzikir dan sholawat begitu pula do'a. Wahai Saudaraku, adapun keadaan dada panas dan dingin pada tubuh dan hati mulai berbolak-balik, itu tanda kelemahan pada istiqomah, sadarilah, jangan hiraukan. Para petualang biasa cemas pada bekal, harap pada angan-angan, lalai pada tujuan pencapaian, itulah ciri-ciri putus asa. Wahai Saudaraku, petualang istiqomah selalu cemas pada harap-harap yang dituju, hingga terbit sinar penerang jalan biarpun berupa kilat dan kilatan, majulah, walau setapak demi setapak semoga sampai tujuan. Tertulis dalam kitab para salaf beragam keterangan dan jalan serta rambu-rambu. Ambillah buat keterangan pada umumnya untuk menenangkan nafsu utamanya. Wahai Saudaraku, tiadalah orang yang mengembara pada jalan ini harus sama dengan kitab para salaf dan pastinya engkau ambil kalam: “Barangsiapa menuju Kami niscaya Kami beri petunjuk”. Sadarilah, pakem atau patokan tersebut agar engkau tiada terbawa pada furu' atau cabang sehingga lalai pada tujuan.
Wahai Saudaraku, adalah susunan-susunan jalan para pengembara terbagi pada 1,3,5,7,40 dan 122 hari pada permulaan pengembaraan istiqomah. Adapun tempatnya berpulang pada istiqomah, tiada peduli pada kuburan, masjid, musholla ataupun tempat kholwat. Wahai Saudaraku, jikalau langit dan bumi bulan dan bintang matahari tunduk kepadamu janganlah engkau hiaraukan, itu fatamorgana. Adapun tanah air dingin, api tunduk kepadamu jangan engaku hirau pula, itu hanya cobaan. Apabila manusia tunduk padamu laki atau perempuan besar atau kecil jangan engkau hiraukan atau umat seluruhnya janganlah menjadikanmu berhenti menjadi tujuan, itu tipuan. Walau dirimu sekalipun telah bersujud pada dirimu sendiri, itu hanya bayangan durjana atau setan. Wahai Saudaraku, inilah jalan istiqomah pada tujuan yang azali, yang tergelincir banyak hati. Waspadalah dan sadari, tujuan itu pasti adanya. Sabarlah dan diamlah!
Berangkatlah, jangan terlalu lama menunggu untuk berfikir dan memilih, sebab itu hanya fatroh atau patah arang ilmu, ilmu pada menuju jalan yang dituju. Jangan terlalu lama sabar menunggu ilham tak kunjung datang, itu kejenuhan, diam dalam hati bergelok. Itu juga rintangan. Berangkatlah wahai Saudaraku! Tapi janganlah terburu-buru.
Wahai Saudaraku, pada bilangan waktu yang telah engkau lalui, banyak yang engkau ketahui, namun tiada pula engkau tahu dan tidak perlu tahu. Sebab waktu, bagi para pemula dengan niat satu padu bagai buluh perindu bagi sang pecinta jalan. Waktu subuh dan ashar pada keutamaan waktu, kekhusyukan hanya pencipta waktu itu sendiri yang memberikan. Karena itu masuk pengecualian, namun jalankanlah.
Wahai Saudaraku, seribu tahun berlalu dalam satu hari, satu tarikan nafas keistiqomahan azali samalah 50 ribu tahun kefana'an ini. Pahamilah...!
Begitu pula jarak, jarak dari khusyuk satu kepada khusyukan yang lain sama dengan rentang waktu bila dipahami sukarlah. Adapun jarak yang sebenarnya kekhusyukan azali pada istiqomah lisan, nafas, hati dan gerak berdiri, duduk, serta berbaring tidak terlepas pada tujuan.
Satu tarikan suara yang diikuti nafas serta hati yang hadir itulah kunci dari segala kunci pembuka jalan pada waktu dan jarak perjalanan istiqomah. Pahami, lakukan, agar engkau ketahui kebenarannya wahai Saudaraku. Bila.....Bila telah tiada lagi waktu dan jarak maka waspadalah pada ujub dan berbuntut takabur dengan hilangnya khusyuk. Khusyuk menetap pada engkau dengan beragam hadiah sebagaimana lezat dalam munajat, namun mempelesetkan. Segera tinggalkan dan segera kembali pada jalan istiqomah 'Tujuan'.
Wahai Saudaraku, bila kembali tafakkur dan perenungan menghalangimu, ingatlah dan sadari masih jauh jalan dan tujuan yang engkau tempuh. Kelalaian beragam, ada pada kelezatan munajat, pada kelezatan tafakkur, pada kelezatan istiqomah dan pada kelezatan waktu. Padahal itu semua wahai saudaraku kulit daripada khusyuk yang akan menggelincirkanmu dari tujuan keistiqomahan pada yang engkau tuju. Bukankah telah difirmankan: “Neraka Wail bagi yang lalai pada yang Kusebut diatas. Berlindunglah padanya sebanyak-banyak perlindungan. Telah disabdakan oleh penghulu dan raja dari segala raja penambah jalan istiqomah. “Siapa tahu dirinya tahu Tuhannya”. Awali dirimu wahai Saudaraku dengan awalan pengertian dan kepahaman penghulu manusia dengan suri tauladan dan akhlaq pada yang engkau tuju. Bebaskan dirimu dari babi dan kerakusan, anjing dan kemarahan, katak dan kesetanan tipudaya dan alasan dengan akal ulat, jadi kupu-kupu yang bersayap. Wahai kupu-kupu, kupu-kupu tetaplah kupu-kupu yang harus berkumpul dengan kawanan kupu-kupu, jangan berpisah karena tergesa-gesa ingin terbang melayang. Banyak kupu-kupu berterbangan tak tahu rimba belantara. Jadi santapan para pemangsa baik manusia dan hewan serta setan durjana bahkan dari teman sebangsa. Karena engkau baru belajar terbang, maka (1) ta'jub heran karena perubahan dari ulat jelek, (2) elok warnamu sesuai istiqomahmu, (3) kuat keinginanmu tapi pada sayapmu. Wahai kupu-kupu, dari keistiqomahan belajarlah mempergunakan sayapmu, penciumanmu dan seluruh inderamu untuk melaju pada tujuan.
Wahai Saudaraku, jangan engkau jadikan kupu-kupu yang lalai sibuk berterbangan ke sana kemari menikmati keindahan alam, itu hanya sebuah lintasan pandangan. Dan jangan pula lalai menikmati sari pati bunga warna-warni, manis dan lezat, manis harum mewangi itu melenakan diri. Takutilah kemabukannya. Disabdakan pula: “Kemabukan adalah biang segala salah”. Sadarilah dan ingatlah, masih jauh tujuan agar engkau terhindar dari kebinasaan kupu-kupu malang. Wahai Saudaraku, kemabukan diperbolehkan pada hasrat untuk mencapai tujuan hingga lupa dan tuli. Sebab tidak layak engkau menuju pada yang engkau tuju tanpa hasrat yang menggebu-gebu karena itu modal utama. Wahai Saudaraku, namun kemabukan pada yang kau tuju mempunyai ciri dan tanda pasti yaitu mengadukan hasrat kekuatan, keindahan dan kecintaan pada dirimu untuk bekal menuju padaNya. Itulah ciri awalnya.
Selamat berjuang dan terbang dalam petualangan istiqomah semoga petunjuk dan pertolongan bersamamu. Wahai Saudaraku, keistiqomahan murni merubah bentuk dan waktu mulai berpaling jarak mulai terentang. Berubahlah Engkau...! Dan bersiaplah...! Ubahlah dirmu dari kupu-kupu menjadi kunang-kunang arwah yang terang dalam gulita malam menyisir gunung dan lembah serta sungai, sehingga hidup pada waktu malam berjuang menghidupkan jiwa yang berkelip-kelip. Kadang terang dan gelap sesuai kadar yang telah ditentukan. Wahai Saudaraku, merubah diri dari kupu-kupu menjadi kunang-kunang harus kau lakukan, membuang semua yang ada pada keindahan kekuatan dan kelezatan. Lumuri dirimu dengan kotoran Barzah dan ingatan pada Kalam yang tiada terputus. Niscaya berubah dari kupu-kupu menjadi kunang-kunang. Wahai Saudaraku, kilatan kilat dan cahaya bintang, bulan, matahari sangatlah menyilaukan, hindari cahaya tersebut, berjalanlah dengan cahayamu sendiri agar tidak tertipu. Berjalan dalam kepanasan dengan segenap keistiqomahan yang telah menghilang tergantikan cahaya kunang-kunang, itu juga tipuan. Jadilah engkau dengan Kalam tidak dapat terpisahkan lagi.
Wahai Saudaraku, majulah jangan mundur pada jalan yang kau tuju, inilah lembah keputusasaan yang mana tiada bedanya antara cahaya kunang-kunang, bintang-bintang, bulan-bulan, dan matahari-matahari.