Roja'

Bersinar bagai bintang sang insan istiqomah keluar dari kamar penyepiannya dengan sukacita dan syukur sambil berlinangan air mata kebahagian karena telah melihat wujud ketakutan dan dapat hadiah nasehat agar bertemu “Kyai Rojak''. Serta berkesimpulan takut yang sebenarnya pada yang membuat takut itu sendiri ,yaitu tujuan yang di tuju. Tanpa disadari atau disadari sang insan istiqomah terlena dan lalai sehingga waktu berlalu begitu saja, tidak tahu itu rahmat dari masa penyepiannya hingga ada cuti waktu diperpanjang.

Tersentak bangun dengan tiba-tiba teringat kembali akan tujuan yang di tuju, mulailah sang insan istiqomah melanjutkan perjalanan menemui Guru Rojak. Beragam cara telah ditempuh dengan bertanya pada makhluk, alam, hewan serta beragam pengalaman yang telah ditempuh, namun belum jua bersua. Akhirnya sang insan istiqomah kelelahan dan kecapaian, teringatlah kembali pada ketakutan yang memberi nasehat dan petuah padanya, mengapa tidak ditanyakan kepadanya saja.

Penuh semangat dengan tilwatil Qur'an, dzikir, sholawat serta do'a, mulailah sang insan istiqomah memanggil ketakutan yang kini sukar ditemui. Setelah beberapa waktu ketakutan muncul, dan langsung ditanyakan, kenapa engkau dipanggil sangat susah? Ketakutan menjawab: aku takut padamu karena harapan-harapan dan amal perbuatan serta perjalananmu selalu melemahkanku, dengan berat aku datang padamu karena tilawatil Qur'an, dzikir, sholawat serta do'a, sadar atau tidak aku datang karena aku takut pada yang membuat aku. Langsung ditanyakan pada ketakutan di mana “Rojak” itu berada seperti nasehatmu padaku? Ketakutan menjawab: dia ada pada dirimu sendiri seperti diriku ini pada mulanya akan dirimu jika ingin menemuinya. Lakukanlah seperti dulu yang pernah engkau lakukan untuk berjumpa denganku.

Terima kasih diucapkan pada ketakutan atas petuahnya dan petunjuknya. Sang insan istiqomah mulai bersiap-siap untuk menemui Guru Rojak, inilah petualangannya. Lantunan tilawatil Qur'an terdengar sangat merdu dan syahdu, terdengar bagai bulu perindu menggugah setiap makhluk yang mendengar dan menyaksikan serta diliputi pengharapan dan keharuan. Berduyun-duyun para makhluk mendatangi untuk mendengar atau menyaksikan insan istiqomah, begitu pula yang sengaja atau tidak dari kabar yang tersiar ingin mengetahui sejauh mana lantunan dan kesyahduan tilawatil Qur'an sang insan istiqomah.

Insan istiqomah dengan berbekal pengalaman ketakutan berusaha menepis semua hal tersebut dengan tilawahnya, juga beristiqomah agar tidak tergelincir dari harapan untuk bertemu Guru Rojak. Setelah beberapa waktu lalu mengambil cuti 1 jam untuk sholat dan shodaqoh lalu masuk ke penyepian dengan penuh harapan. Setiap kali lantunan tilawatil Qur'an dan dzikir serta sholawat serta do'a yang penuh pengharapan serta keinginan dan air mata kesyahduan yang penuh dengan keramahan dan senyuman semakin menambah semerbak ruangan kamar penyepiannya. Kadangkala bau harum mewangi, angin bunga-bunga pegunungan dan juga taman-taman serta kolam-kolam dengan beragam keserasian.

Silih waktu berlalu seperti biasa mengambil 1 jam untuk sholat dan bershodaqoh lalu masuk kembali menuju ke kamar penyepian yang terkadang terhalang oleh kerumunan makhluk yang berharap untuk meminta dan keharpaan seperti dirinya. Dalam lantunan tilawatil Qur'an dan dzikir, sholawat serta do'a yang kian syahdu dan bahkan berupa rintihan serta keinginan yang sangat kuat untuk bertemu dengan Guru Rojak dapatlah diumpamakan keadaan dirinya seperti pungguk merindukan bulan. Siang merana malam meratap bertingkah bagai perawan yang malu-malu disadari atau tidak disadari itulah puncak penderitaan.

Dari pengharapan yang tidak bisa lagi menguasai diri yang hampir-hampir menggelincirkan dirinya, untunglah usaha telah mulai menghasilkan. Mulailah sinar benderang bagai bulan menyingkapkan pada dirinya dalam keelokan dan kecantikan yang sukar dilukiskan membuat harapannya semakin mantap bisa bertemu Guru Rojak. Silih berganti sinar terang benderang menerangi menambah semerbak dan sedap pada setiap arahan pandangan zhohir dan bathin, namun tetap pada 1 harapan bertemu dengan Guru Rojak tentunya yang dengannya bisa menghantar jalan menuju tujuan yang di tuju. Ketika linangan air mata sedu-sedan sepenuh harapan bahkan tiada tahu darah atau air mata yang mengalir muncullah Guru Rojak dihadapannya bagai bulan purnama. Guru Rojak tersenyum penuh kedamaian dan ketenangan berkata: carilah Guru Ridho nanti engkau diajaknya menuju pada yang kau tuju.

RIDHO

Lakukanlah seperti yang biasa engkau lakukan semoga segera tercapai apa yang engkau inginkan wahai insan istiqomah. Setelah bertemu Guru Rojak lalu diantarkan pada tujuan yang di tuju, maka sejak saat itulah dia mengabdi menjadi hamba. Tujuan insan istiqomah tinggal 1 tahap ingin selalu menjadi hamba dan mengabdi dengan sepenuh penghambaan. Karena setelah sampai pada tujuan yang di tuju dengan penghambaan diserukan tiada sama hamba dengan Tuhan, tiada sama makhluk dengan Khaliq, dirizqikan pada hanya memandang kelezatan pada memandangnya dan karunia-karunia dari khasanahnya yang tidak terhingga.

ical © copyright 2009 - 2020