- Detail
-
Ditulis oleh Pujangga Tanpa Sangka
(Ulat, Kepompong dan Buaya Hina)
Wahai ulat yang tahu diri, agar tidak musnah dimakan zaman dan kefanaan serta kekekalan.
Bungkuslah dirimu dengan kepompong.
Kepompong puasa dan dzikir,
Kepompong kesendirian dan diam,
Kepompong tawakal pada rizqi,
Kepompong keyakinan perubahan.
Selama engkau dalam kepompong jangan ragu wahai Saudaraku. Tapi jalanilah agar engkau dapat berubah diri. Tiada yang tahu perubahan, namun itu kodrat alam serta pasti. Jika berani sebab tiada akan ada perubahan pada aturan yang telah ditetapkan. Wahai Saudaraku, pegang erat, namun engkau akan jatuh jua pada lembah ini, sebab tergores dan teroleh lezat madu, putik sari pada bunga serta cahaya kunang-kunang Arwah. Hingga bila ada seruan janganlah putus asa dari Rahmat. Tiada putus asa kecuali ingkar pada Tuhan.
Selengkapnya...
- Detail
-
Ditulis oleh : Pujangga Tanpa Sangka
Allah s.w.t. ada dimana-mana. Dia menciptakan semua makhluk yang ada di langit dan di bumi. Maha tunggal, termpat bergantung segala sesuatu. Temaat semua makhluk memuji dan memohon. Maha mengabulkan semua do'a hamba-hambanya. Maha melihat dan mengetahui semua kehendak dan cita-cita makhlukNya.
Tidak satupun makhluk yang dapat menghalangi kehendakNya. Semua makhluk di langit dan di bumi dibawah kendali kekuasaaNya. Dia belas kasih, pemaaf, pengampun, pemilik syurga dan neraka. Yang memberikan rezki, hidayah dan rahmat kepada kita semua.
Selengkapnya...
- Detail
-
Ditulis oleh : Pujangga Tanpa Sangka
1. Pemahaman tentang Medan Magnit
Medan magnit yang dimaksud di sini adalah jangkauan ketertarikan kepada seseorang karena sesuatu 'kekuatan lahir atau bathin' yang dimiliki oleh orang tersebut.
Setiap muslim memiliki kekuatan magnit (daya tarik), tanpa terkecuali apakah ia masih anak-anak, remaja, dewasa atau orang tua. Besar kecil daya tarik itubersifat relative, tergantung pada kondisi masing-masing.
Kekuatan magnit (daya tarik) secara garis besar dapat di golongankan menjadi dua bentuk, yaitu: Magnit Lahir dan Magnit Bathin.
Selengkapnya...
- Detail
-
Ditulis oleh : Pujangga Tanpa Sangka
Pada bagian berikut ini kita akan berbicara tentang 'kekosongan'. Maksud 'kekosongan' adalah meniadakan sesuatu selain hanya tujuan dan niat karena Allah tanpa ada tendensi sesuatu yang bersifat semu dan merusak niat. Di dalam kekosongan tersimpan 'isi' yang sarat dengan makna-makna hakiki.
Maka hakekat 'kekosongan' adalah 'isi', bukan hakekat kelihatannya 'berisi' tetapi sebenarnya adalah 'kosong'. Dalam proses jalan menuju dan mendekatkan diri pada Allah, seorang hamba harus memahami makna 'kekosongan', sebab bila diabaikan dan tidak dipahami mustahil sampai kepada tujuan.
Untuk menjelaskan makna danmaksud dalam kekosongan ini, kita akan mengambil contoh sederhana dalam realitas kehidupan pengalaman keagamaan sehari-hari, baik secara berkelompok (berjamaah), individu, dalam sikap, ucapan, penglihatan maupun dalam wujud benda yang berada di sekeliling kita. Berikut ini akan diuraikan satu persatu.
Selengkapnya...